Berapa saldo pahalaku? Mungkin zero… *menghelanafas*
Itulah kalimat yang spontan terlontar ketika mendapat
tausiyah dari Pak Iwan Kurniawan direktur Cave Trainer Academy WAMY.
Tausiyah tentang bagaimana suatu amalan naik hingga langit ketujuh.
Muhasabah menjelang pergantian tahun 2013…
Suatu saat Sayyidina Mu’az bin Jabbal dibonceng Rasulullah
dalam seekor unta..
Rasulullah berkata,
“kalau seorang hamba beramal maka amalan itu dicatat oleh
malaikat pencatat amal, lalu amalan itu diangkat menuju langit pertama.
Malaikat penjaga langit pertama berkata: berhenti.. amalan
ini hanya sampai disini, campakan amalan ini ke muka pemiliknya, karena ia suka
mengupat
Keesokan harinya, amalan lain diangkat dan lolos dilangit
pertama.
Tapi penjaga langit kedua berkata: berhenti.. amalan ini tidak bisa
sampai ke langit berikutnya, campakan amalan ini ke muka pemiliknya karena dia
beramal untuk mendapatkan dunia.
Keesokan harinya, amalan lain diangkat dan sampai ke langit
ketiga. Malaikat penjaganya berkata: berhenti.. amalan ini hanya sampai disini,
campakkan ke muka pemiliknya karena dia beramal secara sombong.
Keesokannya, amalannya sampai dilangit keempat, malaikat
yang menjaganya berkata: berhenti… amalan ini hanya sampai disini, campakkan
amalan ini ke muka pemiliknya karena didalam dirinya ada perasaan ujub, bangga
dengan diri sendiri dan segala amalan yang dibuatnya
Esoknya, amalan lain lolos sampai langit kelima.
Malaikat
penjaga langit kelima berkata: berhenti… amalan ini hanya samapai disini,
campakkan amalan ini kemuka pemiliknya karena dia suka mendengki..
Amalan lain diangkat sampai langit keenam: malaikat yang
menjaganya berkata: berhenti.. amalan ini hanya sampai disini, campakkan amalan
ini kemuka pemiliknya karena dia tidak suka mengasihani orang lain, hatinya
penuh dengan kebencian.
Amalan lain sampai dilangit ketujuh, 3000 malaikat
mengantarnya, amalan berupa sholat dan wudhu yang sempurna,, zakat, puasa, dan
haji, tawadhu dan amalan lainnya. Bunyi amalan ini bergemuruh menggelegar
sampai langit ketujuh menembus langit-langit sebelumnya.
Penjaga langit ketujuh
mengatakan: berhenti… amalan ini hanya sampai disini, campakkan amalan ini ke
muka pemiliknya karena mengerjakannya karena sum’at, ingin diketahui orang lain
dan ingin dipuji.
Amalan lain sampai tembus langit ketujuh, menuju Arsy
singgasana Tuhan. 5000 malaikat mengangkatnya, langit bergemuruh menggelegar
melihat amalan seorang hamba, bercahaya menyilaukan mata. Amalan berupa wara,
zikir, tahmid, sholat khusuk dan amalan lainnya yang hebat. Para malaikat amat
senang menyamaikannya pada sisi Allah SWT. Allah berfirman: kalian wahai para
malaikatku, masih bisa ditipu oleh hambaku. Namun Aku ini adalah Tuhannya,
Akulah yang Maha Mengetahui isi hatinya. Aku tidak bisa ditipu, ia beramal
karena riya’, bukan karena Aku. Campakkan amalan ini ke muka pemiliknya, karena
Aku hanya menerima amalan yang hanya menerima amalan yang dikhususkan untuk
Aku, dank karena Aku…
Sayyidina Mu’az menangis tersedu-sedu, kedua matanya menatap
baginda Rasulullah SAW: ya Rasulullah, jika seperti itulah prosesnya, siapa
diantara kita yang mempu seperti itu? Siapa yang bisa selamat?
Baginda Rasulullah SAW bersabda: wahai Mu’az, tunduklah
dengan segala ketentuanNya, aku pun seorang hamba yang tidak bisa menjamin
keselamatanku sendiri..
Tidak ada pilihan bagi kita kalau ingin selamat kecuali mengejar ikhlas seumur hidup kita. Walaupun pada akhirnya Tuhan-lah yang menganugrahkan keikhlasan itu
Ikhlas itu hanya salah
satu sifat taqwa, susah mendapatkannya, apalagi taqwa itu sendiri
Padahal tidak ada
jaminan keberkatan, tidak ada jaminan rezeky yang tidak disangkat-sangka,
jaminan keluar dari segala masalah, bahkan jaminan selamat dari dunia akhirat.
Melainkan hanya orang yang bertaqwa.
Wallahualam..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar