Pages

Kamis, 16 Agustus 2012

Interaksi Shohabiyah dengan Sesama Saudari Muslimah

Generasi pertama kaum muslimin sarat dengan teladan. Tidak hanya kehidupan kaum mukminin namun mukminatnya pun menarik untuk diperhatikan. Banyak hikmah yang dapat dipetik dari sejarah kehidupan mereka. Yang menjadi simak kali ini adalah interaksi mereka (mukminat) kepada sesama saudari muslimah lainnya.

Rasulullah SAW bersabda
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, tidak layak untuk saling menzhalimi, tidak membiarkannya, tidak boleh berbohong kepadanya dan tidak boleh menghinanya. Taqwa itu ada di sini (beliau sambil menunjuk dadanya 3 kali)." (HR. Muslim)”

Setiap muslim bersaudara, dan setiap saudara memiliki hak atas saudaranya yang harus dipenuhi. Mungkin kata ‘hak atas saudaranya yang harus dipenuhi’ terdengar agak rancu. Hak, tapi ko harus dipenuhi? Yap, karena hak ini adalah hak milik orang yang ada pada diri kita. Seperti adanya hak orang lain pada harta yang kita miliki, sehingga kita wajib mengeluarkan zakatnya.

Rasulullah SAW telah mengajarkan dalam sabdanya
“Hak muslim atas muslim yang lain ada enam.” Ada yang bertanya, “Apa yang enam itu wahai Rasulullah?”
Rasulullah bersabda, “Apabila engkau bertemu dengan saudara muslim yang lain, maka ucapkanlah salam kepadanya; apabila dia mengundangmu, maka penuhilah undangannya; apabila dia meminta nasihat kepadamu, maka berikanlah nasihat kepadanya; apabila dia bersin dan mengucapkan ‘Alhamdulillah’, maka ucapkan ‘Yarhamukallah’; apabila dia sakit, maka tengoklah; apabila dia meninggal dunia, maka hantarkanlah jenazahnya sampai ke kuburnya.”
Dari makna-makna yang dipaparkan Rasulullah, setiap wanita yang mencintai dien-nya akan senantiasa berusaha memenuhi setiap hak saudarinya yang ia temui di masyarakat dengan penuh cinta, dedikasi, dan keikhlasan.

Para wanita itu tidak berperangai kasar, lembut dalam tutur katanya, santun dalam sikapnya, dan penuh kasih sayang terhadap saudari seiman karena cintanya kepada Rabbnya.
Para wanita itu mendapat derajat dan kedudukanyang tinggi. Mereka menabung pahala disisi Allah dengan khidmatnya kepada manusia, yakni usahanya dalam memenuhi kebutuhan saudarinya. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah SAW
“Barang siapa yang membebaskan seorang muslim dari bebannya di dunia, maka Allah akan membebaskannya dari bebannya di hari kiamat; barang siapa yang meringankan kesulitan seorang muslim, maka Allah akan meringankan kesulitannya di dunia maupun di akhirat; barang siapa yang menutupi aib saudaranya, maka Allah akan menutupi aib saudaranya di dunia dan di akhirat; dan Allah akan senantiasa menolong hamba, selagi hamba itu mau menolong saudaranya.”  

Hal ini bisa lebih baik dari amalan yang dilakukan seorang muslimah di dunia, karena ia akan mendapat balasan di dunia dan di akhirat. Di kenang baik di kehidupan dunia juga kelak setelah kematian.
 Secuil kisah teladan dari para wanita masa Rasulullah SAW. 

Kala Rasulullah menikahkan Fatimah dengan Ali, beliau masuk ruangan. Ketika melihat beliau, para wanita memasang tabir antara mereka dengan Rasulullah. Lalu Asma binti Umais mundur. Rasulullah berkata kepadanya, ‘Sebentar, jangan terburu-buru, siapakah kamu?’ Asma menjawab, ‘Akulah yang menjaga putrimu. Sebab, pada malam seorang gadis dinikahi, maka harus ada seseorang yang berada didekatnya. Jika ada yang memerlukannya atau dia menginginkan sesuatu, aku yang akan menyampaikan hal itu kepadanya.” Rasulullah pun girang mendengar perkataan tersebut. Lalu Rasulullah mendoakan Asma agar Allah menjaganya, “Aku meminta Rabbku agar menjagamu dari depan, dari belakang, dari kanan dan kirimu dari gangguan setan yang terkutuk.”

Begitulah para wanita masa Rasulullah berinteraksi sesama saudarinya. Walaupun cerita ini spesifik dalam soal pernikahan, namun dapat diterapkan dalam berbagai kondisi. Karena hikmah dari kisah adalah meneladani esensinya.
Dalam menjaga kasih sayang dan cinta seorang muslimah ke saudarinya, ia harus berhati-hati terhadap setan agar tidak dirusak. Karena, setan tidak akan membiarkan ada dua orang yang saling mencintai karena Allah SWT.

“Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah and shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).” (QS. Al-Maidah [5]: 91)

Teruntuk saudariku, uhibbukum fillah jiddan…
Khususon saudari selingkaranku; Yekti, Ai, Dila, Masyitoh, Dian, Yuli, Vita, Nia, Ayu, Riani…

1 komentar:

 

Sample text

Sample Text

Sample Text